Kekuranganku Tak Meruntuhkan Rasa Takdimku Kepada Kiai

                                   KEKURANGANKU TAK MERUNTUHKAN RASA TAKDIM KU
                                                        KEPADA ABAH & IBU NYAI

Jam dinding menunjukkan pukul 02.00 pagi. Aku bangun dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu. Setelah mandi dan berwudhu aku mengambil mukenaku yang berada di almari, kemudian aku membangunkan salah satu temanku untuk ku ajak sholat tahajjud.
“Mell…mella…bangun” ucapku sambil menggoyang-goyangkan badan mella.
Mella membuka kedua matanya perlahan.
“Mell..ayo sholat tahajjud bareng” ucapku lagi
“Emmb…kamu aja lah rul, aku males”  jawab Mella
“Kamu gimana sih mel, apa kamu nggak inget, kata ustad rahman barang siapa yang melaksanakan sholat pada malam atau sepertiganya malam sesudah tidur, maka derajatnya akan di mulyakan di sisi allah  kata ku lagi menyakinkan mella.
“Iya, inget sih inget tapi…” belum sampai selesai ngomong, omongan mella sudah ku potong duluan.
“Udah nggak ada tapi tapian, yang penting sekarang kamu bangun, cuci muka, wudhu, dan sholat tahajjud bareng aku”  jawabku singkat, padat, dan jelas.
“Oke oke aku bangun, bawel amat sih”  Mella kemudian beranjak bangun meskipun kedua matannya sulit untuk ia buka selebar-lebarnya. Bahkan ia berjalan hampir tersandung batu, aku hanya bisa tertawa melihat kelakuanya. Mella kemudian cuci muka, gosok gigi, dan berwudhu. Setelah itu ia mengambil mukenanya dan kami berdua pun pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajjud.
Jarum jam terus berputar, nggak terasa udah jam 03.40 kami berdua pun sudah selesai melaksanakan sholat tahajjud dan kami kembali ke kamar.
“Mell…aku ke kamar dulu ya”  ajakku
“Iya…”  jawab Mella.
“Benneran kamu kamu nggak mau ikut”  ucapku lagi
“Enggak, kamu duluan aja rull”  jawab Mella.
“Awas lho Mell, beneran kamu mau di sini sendiri”  ucapku agak menakut nakuti Mella.
“Iya emang kenapa”.
“Kamu nggak takut Mell??”  kataku menakut nakuti Mella lagi.
“Takut?, emang apa yang harus di takuti”  jawab Mella dengan nada sok berani.
“Benner kamu nggak takut?  kemarin aku denger - denger Fatimah itu abisss…..abisss…….” mematah-matahkan  pembicaraan .
“abis apa rul?”  jawab Mella spontan.
“jadi, denger-denger nih kemarin Fatimah tuh abis ngeliat bayangan putih waktu shalat tahajud” kataku.
“ah… Nurul kamu nggak usah bercanda kayak gitu kenapa sih”  jawab Mella dengan tubuh agak merinding.
“iya Mell, kamu tuh nggak percaya mulu” ucapku
“gimana aku mau percaya sama kamu, orang biasanya kamu aja ngerjain aku”  cetus Mella
“ya udah dehh aku kesana dulu, ngapain aku nungguin kamu disini, nungguin orang yang nggak percaya sama aku”  ucapku lagi pada Mella
“eh..eh..tungguin dulu napa”  kata Mella menghentikan langkahku yang hampir setengah perjalanan.
“apalagi?”  ucapku .
“tungguin aku” jawab Mella.
“tungguin kamu? Ngapain aku nungguin kamu, katanya kamu berani”  kataku .
“iya, aku emang orangnya berani, berani dengan apapun, tapi untuk yang satu ini kayaknya…kayaknya…kayaknya aku harus kabur dari sini” ucap Mella sambil berlari sekencang kencangnya.
“Dasar Mell…Mell… katanya berani, baru di takut takuti gitu aja udah lari duluan”  ucapku sambil menertawai Mella.
            
          Akhirnya aku dan Mella ke kamar, kami berdua tidur tiduran hingga akhirnya tertidur sangat pulas. Beberapa menit kemudian. Adzan subuh pun berkumandang! Kali ini yang adzan subuh temanku sendiri, teman sekelasku sendiri yaitu Trisna. Suaranya cukup bagus, enak di dengar di telinga. Aku beranjak bangun dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan berwudhu.

Setelah itu aku pergi ke kamar untuk memakai mukena dan segera membangunkan teman sekamarku. Setelah semua anggota kamarku bangun, aku pun pergi ke masjid. Di masjid aku melakukan shalat dua rakaat sebelum subuh (qobliyah subuh) kemudian aku pun membaca al-qur’an, dan tak lama kemudian iqamah pun berkumandang, aku cepat-cepat mengakhiri membaca al-qur’anku dan segera mencari tempat untuk sholat subuh. Setelah selesai melaksanakan sholat subuh kemudian dzikir[wiridan] kurang lebih selama satu jam.

Jam menunjukkan pukul 05.00 , Abah mengakhiri wiridan dan segera membaca do’a. setelah di bacakan do’a, santriwan maupun santriwati berhamburan keluar masjid.
“Semuanya ngaji”  dawuhe Abah.
“Nggehh…” jawab semua santriwan dan santriwati.

Kebetulan sekali kelas 4, 5 & 6 itu di ajar oleh Abah sendiri. Kelas ini di jadikan satu dan khusus kalau subuh ngaji Taqrib(fathul qhorib) yang di tunjuk gak bisa membaca maka ia harus siap siap menerima hukuman apapun dari Abah. Aku dan teman-teman masuk masjid, jantungku berdetak sangat kencang,
“Aku bingung nanti kalok aku di suruh baca gimana dong”  ucapku kepada teman teman.
“baca ya baca lah ngapain takut” jawab salah satu temanku
“yaudah..mumpung Abah belum dateng belajar dulu sana, biar nanti kalok di suruh baca lancar” ucap temanku Ulfi.“iya, belajar sono nanti yang di suruh baca pasti kamu hill...” ucapku dengan sinis.
“iya, mesti kamu kalau gak ya zulaikhah itu” sahut temanku Revi.
Beberapa detik kemudian Abah datang sambil membawa kitab fathul Qhorib (Takrib) . Semua santriwan santriwati yang dulunya berbicara, rame sendiri akhirnya diam tanpa suara.
“husssyy..hussyy..Abah datang”  ucapku memelankan suara.
“Assalamu’alaikum wr wb”  salam Abah
“Wa’alaikum salam wr wb”  jawab serentak santriwan dan santriwati.
“sekarang bab tentang sholat”  kata Abah.
Semua pun menjawab “Nggehh bah..”.
“Ayo Trisna baca”  kata Abah lagi sambil menunjuk salah satu santriwan.
“haduhh….untung saja” ucapku dalam hati sambil mengelus-ngelus dadaku.
“semuanya menyimak”  kata Abah.

Santriwan - santriwati seketika itu menunduk semua. Beberapa menit kemudian setelah Trisna membaca, Abah kemudian mencari-cari siapa  yang akan membaca lagi. Nggak sengaja ketika aku memandang Abah, Abah juga melihatku. Aku terkaget, jantungku serasa berhenti begitu saja, Aku was-was sekali.
“gimana ini , nanti kalau aku di suruh baca”  ucapku dalam hati kecilku dengan penuh kegelisahan, keresahan, dan ke bimbangan. Aku langsung menghadap ke kitab terus dan berpura-pura membaca agar tidak di suruh membaca. Alhasil, meskipun wajahku ku hadapkan ke bawah, Abah tetap memanggil namaku.
 “Nurul, ayo Nurul mengulangi apa yang di baca Trisna tadi”  Kata Abah
Sebelum maju ke depan aku membisiki Ifah teman yang berada di sampingku.
“Fahh..gimana ini, pokoknya nanti aku sahuti ya”  ucapku kepada Ifah.
“kok aku sih Rull, kenapa nggak  Nisa aja, Nisa kan deket kamu, sedangkan aku?” jawab Ifah.
“aduhh…ya udah deh siapa aja yang penting nanti aku baca harus di….”  belum sampai selesai ngomong dengan Ifah, Abah memanggilku lagi.
 “ayo Nurul maju baca, kenapa lama banget” kata Abah dengan wajah yang datar.
Kemudian aku maju kedepan dan pulai membaca kitab fathul qhorib.
“fashlunn…” belum sampai ku lanjutkan Abah sudah memotong pembicaraanku.
“Bismillahirrohmanirrohim…”  kata Abah. Ternyata aku lupa belum mengawali membacaku dengan lafad Basmallah. Akhinya aku mengawali membacaku lagi dan sebelum aku membaca kitab Fathul Qhorib , aku tak lupa mengawalinya dengan Basmallah karena tadi sudah di ingatkan oleh Abah. Aku membaca dengan penuh kegelisahan dan ketegangan sehingga ketika sampai di tengah-tengahan aku berhenti karena tidak tau artinya. Aku berhenti agak lama, sampai-sampai abah bertanya.
“loh kok berhenti, ayo cepetan bacanya” dawuhe Abah
Aku mengulangi bacaan yang tidak aku tau tadi, tapi tetap juga aku lupa. “haduh…bagaimana ini?” gumamku dalam hati kecilku.
“kenapa teman-teman nggak ada yang menyahutiku”  gumamku lagi dalam hati.
“ayo kenapa berhenti”  kata Abah. Aku hanya bisa senyum kaku.
“oo….goblok tenan ki”  kata Abah.
 Aku hanya bisa menunduk tanpa bersuara sedikitpun. Sedangkan yang lainnya hanya bisa menertawaiku yang sedang berada di depan. “tadi malam apa nggak belajar?” tanya Abah kepadaku.
“belajar”  jawabku.
“belajar kok mocone jek grotal gratul I piye” kata Abah kepadaku.
“bagi semua saja pokoknya besok kalau bacanya masih grotal gratul seperti ini langsung nganjir, berdiri di depan, bagi anak  laki-laki berdiri di depan anak perempuan dan bagi anak perempuan berdiri di depan anak laki-laki, faham semua” kata abah dengan sedikit marah.
nggehh….” jawab santriwan dan santriwati.
“ya sudah ngajinya di lanjut besok saja” kata Abah

Kemudian Abah menutub kitabnya, Santriwan dan santriwati pun juga ikut menutup kitabnya. Setelah itu Abah membaca do’a dan habis itu Abah mengucapkan salam dan berdiri melangkah keluar dari masjid. Santriwan dan santriwati pun berhamburan keluar masjid.

Seperti biasa kesibukan sehabis mengaji subuh ya piket nyapu. Aku membersihkan  kantor dan merapikan kantor tidak sendiri, namun di bantu dengan temanku sendiri yaitu: Fiza, Zulaikhah, dan Ifah. Kami berempat di beri amanah bahwa setiap pagi harus membersihkan kantor. Ketika kami berempat sedang membersihkan kantor tak lama kemudian Abah masuk ke dalam kantor mencari-cari  pak Anwir untuk menhubungkankan Hpnya dengan wifi.
 “Wir nyoh sambungno Hpku kok gak iso kesambung padahal ndek bengi yo kesambungi” kata abah kepada pak Anwir.
 “Nggeh pundi kulo sambungke”.jawab pak Anwir.
Kemudian di peganglah Hp Abah, dan pak Anwir pun mulai menyambungkan wi-fi ke Hp Abah.
“tumben-tumben nya ini lama banget nyambungnya biasanya gampang”. Kata pak Anwir.
Abah mungkin sudah gak sabar, capek mungkin nunggunya  karena lama banget. Akhirnya Abah kembali ke ndalem, tapi sebelum ke ndalem Abah menitipkan Hp-nya kepadaku.
“Rull. engko nek Hp ne wes kesambung wi-fi tolong gowo nok ndalem yo, aku tak neng ndalem sek” kata Abah kepadaku.
“nggeh…” jawabku
 Abah akhirnya kembali ke ndalem sedangkan aku menunggu Hp-nya Abah yang masih di sambungkan wi-fi oleh pak Anwir. Beberapa menit kemudian Hp Abah sudah bisa tersambung wi-fi. Pak Anwir pun mengasihkan Hp Abah kepadaku dan aku pun beranjak menuju ke ndalem untuk menyerahkan Hp-nya Abah.

Di ruang tamu.

“Assalamu’alaikum”  ucapku
“O’oo…ku kira di ruang tamu hanya ada Abah saja, ternyata perkiraanku salah, Ibuk  pun juga ada di ruang tamu bersama Abah”  ucapku dalam hati.
“Wa’alaikum salam”  jawab Abah dan Ibuk.
“bah….niki Hp ne njenengan” tuturku.
 “oh iyo….uwes nyambung wi-fi to” kata Abah
“nggeh sampun”  jawabku .
“oh yo..” kata Ibu nyai
“nggeh pun leh ngoten” ucapku lagi
“yaya makasih ya”  kata ibuk dengan senyum manisnya.
“Assalamu’alaikum” ucapku.
“Wa’alaikum salam”  jawab Abah dan Ibuk
Kemudian aku kembali ke asrama putri, aku langsung ke kamar mandi .Setelah itu aku ganti seragam sekolah, tapi sebelum berangkat sekolah aku melaksanakan sholat dhuha. Setelah itu baru aku berangkat sekolah. Kebetulan hari ini hari selasa mata pelajaran yang pertama penjas. Jadi, aku dan teman-temanku sepakat bermain kasti. Dan kebetulan yang mukul pertama aku. Aku berusaha memukul sekencang-kencangnya, tapi hasilnya meleset, bola yang ingin aku pukul tinggi malah nggak kenak. Temanku yang bernama Juned mencoba mengenakan bola ke badanku, aku berusaha menghindar dan pada akhirnya Juned pun tidak bisa mengenai badanku dengan bola yang di pegangnya. Tapi, tubuhku terjatuh dan terguling akibat kakiku yang tesandung batu. Teman-teman pun tertawa sangat kencang. Aku pun ikut tertawa dan agak sedikit menangis.Aku pun di bantu berdiri oleh temanku yang bernama Nana.“kamu nggak papa kan Rul?”. Kata Nana sambil mengulurkan kedua tangannya untuk membantuku berdiri’.
“nggak papa kok Na”  jawabku sambil berusaha berdiri.
‘lihat, lutut kamu berdarah Rul” kata Nana lagi.
“udah nggak papa, lebih baik kita lanjut lagi main kastinya, mumpung seru ini”. Ucapku mengajak dan menyakinkan Nana.
“ya udah deh, ayo”  jawab Nana. Tak lama kemudian jam olahraga pun sudah habis, aku dan teman-teman kembali ke kelas.
“ehh…bu Sulis datang”  ucap temanku yang bernama Basir.Aku dan teman-teman bergegas masuk ke dalam kelas dan duduk dengan rapi. Bu Sulis menerangkan pelajaran ekonomi sedang aku, tidak mendengarkan dengan baik malah tidur dengan pulas.
`
Tak lama kemudian jam istirahat pun berbunyi(tet…tet…) aku dan teman-teman menuju ke kantin sekolah. Kami membeli beberapa makanan atau minuman di kantin. Tiba-tiba temanku yang bernama Mella membawa sebuah kabar sangat membahagiakan.
“teman-teman…oyy”  kata mella sambil berlari menuju aku dan teman-teman yang berada di kantin sekolah.
“ada apa Mell” tanyaku sedikit kepo.
”Teman-teman, hari ini kita pulang cepet”  kata Mella.
“kok bisa” tanya Zulaikhah.
 “iya, nanti abis istirahat guru-guru pada rapat” jawab Mella.
“ahh…yang benner kamu mbak Mell” tanya Melli adik kandung Mella.
“iya, aku tadi denger sendiri dari pak Andre” jawab Mella.
“horre..yeahh..”. sorakku dan teman-teman

Tak lama kemudian rapat pun tiba!

Aku dan teman-teman pulang, maksudnya pulang ke asrama bagi yang mondok dan pulang ke rumah untuk yang tidak mondok (mbajak).Siang berganti malam, dengan udara yang sangat dingin yang menembus sampek ke tulang rusuk.Jam menunjukkan pukul 21.00 seperti biasa kesibukan pada jam segini ya menyimak kitab Takrib (fathul qhorib) atau belajar kitab takrib. Dawuhe Abah belajar kitab takrib adalah wajib kalau gak belajar akan mendapatkan konsekwensinya dari Abah langsung.

Hawa-hawa untuk malam hari ini sangatlah dingin sehingga membuat mata ingin terpejam dan membuat diri ingin selalu berbaring di tempat tidur. Tapi berbaring di tempat tidur itu hanyalah khayalan saja, karena masih ada tanggungan yang begitu besar dari Abah, hingga pada akhirnya temanku ada yang belajar takrib dengan tidur-tiduran, berbaring. Ketika itu aku belajar sambil tidur-tiduran, aku sangat ngantuk sekali tapi ku tahan agar tidak sampek memejamkan mataku.

Tak lama Abah pun datang ke masjid untuk mengecek santriwan dan santriwati belajar atau tidak .Ketika itu aku tidur tengkurap sambil menghadap ke arah kanan, tiba-tiba Abah sudah datang dan berdiri di sampingku. Aku tidak tidur beneran, aku hanya menunduk tapi Abah mengira aku tidur dengan ngowoh.
“Nurul ki tidur Ngowoh ae”  kata Abah.
“tidak…!!padahal aku tidak tidur, aku masih sadar tapi kenapa Abah bilang aku tidur ngowoh” kataku dalam hati. Aku tidak tau Abah bilang seperti itu beneran atau hanya untuk bergurau saja. Aku gelagapan dan seketika itu langsung duduk.
“sinau kono lo, kok malah turu ae” kata Abah menuturiku.
“nggeh niki nggeh sinau”  jawabku .
“sinau kok ngiler ae”  kata Abah mengejekku.
“mboten tilem”  jawabku .
“mboten mboten wong merem ngunu kok jere sinau” kata Abah lagi.
Beberapa detik kemudian Abah pun pergi menuju ndalem lagi.“Rev.. kenapa kamu tadi gak bilang kalau Abah datang” ucapku kepada Revi.
“maaf  Rul, tadi aku juga gak tau kalau Abah kesini, aku aja kaget kok”  jawab Revi.
“makanya kalau belajar tuh jangan sambil tidur-tiduran taukan akibatnya” ucap temanku Ifah dengan nyolot.
“biasa aja kali ngomongnya kayak nggak pernah tidur aja?”  jawabku dengan judes.
“dengar ya meskipun Abah mencaci, memaki, membentak, bahkan memukulku, aku akan berusaha supaya bisa terus ta’dim kepada beliau ataupun ibunyai, meskipun kekuranganku banyak tapi itu tiada menjadi penghalangku untuk selalu ta’dim, taat kepada beliau berdua”  ucapku dengan sangat tegas.

                                                                                   Oleh: DEWI LAILATUN NAFI’AH
                                                                                   Dari: MA AL-MUNAWWAR

                                                                                                Kunci, Dander, Bojonegoro

Komentar

  1. Bagus dek karya nya ada sedikit masukan , kadang menggunakan bahasa daerah bberapa orang tidak faham lain kali beri (tejemahan)😊 semangat berkarya untuk sekolah kita💪💪💪

    BalasHapus
  2. Bagus dek karya nya ada sedikit masukan , kadang menggunakan bahasa daerah bberapa orang tidak faham lain kali beri (tejemahan)😊 semangat berkarya untuk sekolah kita💪💪💪

    BalasHapus
  3. bagus dekkk selalu semangat ...!!!!

    BalasHapus
  4. Bagus banget ah ah, lanjutkan bakatmu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI KEBANGSAAN_NILAI NILAI KEMANUSIAAN DALAM SASTRA